FALSAFAH PANCASILA
Falsafah dalam arti produk :
¡ Pancasila sebagai pandangan hidup
Falsafah dalam arti praktis:
¡ Pancasila mempunyai fungsi dan peranan sebagai pedoman
dan pegangan dalam sikap, tingkah laku, perbuatan dalam kehidupan sehari-hari
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dimanapun mereka berada.
Pancasila sebagai falsafah hidup Bangsa Indonesia
tumbuh dan berkembang bersamaan dengan tumbuh dan berkembangnya Bangsa
Indonesia
Prinsip-prinsip yang terdapat dalam Pancasila bersumber
pada budaya dan pengalaman bangsa Indonesia yang berkembang akibat usaha bangsa
dalam mencari jawaban atas persoalan-persoalan esensial yang menyangkut makna
atas hakikat sesuatu yang menjadi bagian dari kehidupan bangsa Indonesia.
Makna atas hakikat sesuatu yang menjadi bagian dari
kehidupan bangsa Indonesia, meliputi
antara lain:
¡ Alam semesta seperti:
bagaimana alam ini terbentuk,
bagaimana hubungan antara unsur-unsur yang terdapat
dalam alam semesta
¡ Manusia dan kehidupannya:
siapa sebenarnya manusia itu,
dari mana asalnya dan kemana kembalinya,
bagaimana
hubungan manusia dengan manusia lain, dengan masyarakat, dan dengan
Pencipta manusia dsb.
¡ Nilai-nilai yang kemudian diangkat menjadi NORMA-NORMA
yang mengatur kehidupan, seperti nilai-nilai tentang:
baik dan buruk,
benar dan salah,
berguna dan tidak berguna,dsb.
Pancasila yang merupakan falsafah hidup Bangsa
Indonesia mengandung NILAI-NILAI dasar yang dijunjung tinggi oleh bangsa
Indonesia, bahkan oleh bangsa-bangsa beradab.
Nilai-Nilai Dasar Yang dimaksud :
¡ Nilai Ketuhanan,
¡ Nilai Kemanusiaan,
¡ Nilai Persatuan,
¡ Nilai Kenyataan,
¡ Nilai Keadilan Sosial
Bagi Bangsa Indonesia Rumusan setepatnya dari pada
nilai-nilai dasar tersebut termuat dalam alinea keempat dari Pembukaan UUD 1945
¡ Bagi bangsa Indonesia, nilai-nilai Pancasila ini
merupakan satu kesatuan yang bulat dan utuh, yang tersusun secara
sistematis-hirarkis
¡ Artinya bahwa antara nilai dasar yang satu dengan
nilai dasar lainnya saling berhubungan, tidak boleh dipisah-pisahkan,
dipecah-pecahkan maupun ditukar tempatnya.
Nilai (dlm bahasa Inggris : Value) adalah
termasuk pengertian Filsafat
Purnadi Purbacaraka dan Soerjono Soekanto:
¡ Pada hakikatnya nilai adalah sesuatu yang diinginkan
(positif) atau sesuatu yang tidak diinginkan (negatif).
Menilai mengandung arti Menimbang, yaitu kegiatan
manusia menghubungkan sesuatu dengan sesuatu, dan selanjutnya mengambil
keputusan;
Menilai dapat berarti menimbang dan memperbandingkan
sesuatu dengan sesuatu lainnya untuk kemudian mengambil sikap atau keputusan.
Hasil pertimbangan dan perbandingan yang dibuat
itulah yang disebut dengan NILAI.
Dalam melakukan Penilaian Subyek dapat menggunakan
segala kelengkapan analisis yang ada padanya:
¡ INDERA yang dimilikinya menghasilkan nilai nikmat, dan
sebaliknya nilai kesengsaraan
¡ RASIO menghasilkan nilai benar dan salah;
¡ RASA ETESTIS menghasilkan nilai Indah dan tidak indah
¡ IMAN menghasilkan nilai suci dan tidak suci, halal dan
haram.
Sesuatu keputusan dapat mengatakan baik atau salah,
religius atau tidak religius, dan sebagainya berkaitan dengan unsur –unsur yang
ada pada manusia yaitu :
¡ jasmani,
¡ kepercayaan,
¡ cipta,
¡ rasa dan karsa
Maka sesuatu dapat dikatakan mempunyai nilai, yaitu
apabila sesuatu itu :
¡ berguna/bermanfaat,
¡ benar (nilai kebenaran),
¡ indah (nilai aestheis),
¡ baik (nilai moral/etis) dan
¡ religius (nilai keagamaan).
Loiuis O
Kattsoff membedakan NILAI dalam 2 macam:
¡ Nilai Intristik:
ialah nilai dari segala sesuatu yang sejak semula
sudah bernilai, misalnya pisau mengandung kualitas pengirisan di dalamnya.
¡ Nilai Instrumental:
ialah nilai sesuatu karena dapat dipakai sebagai
sarana untuk mencapai sesuatu, misalnya pisau dikatakan bernilai instrumentasl
bila dapat digunakan si subyek untuk mengiris.
Menurut Notonegoro nilai dapat dibedakan ke dalam 3
macam:
¡ Nilai Material:
yaitu segala sesuatu yang berguna bai unsur manusia.
¡ Nilai Vital:
yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk
dapat mengadakan kegiatan atau aktivitas.
¡ Nilai Kerohanian:
yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia.
Nilai kerohanian dapat dibedakan menjadi 4 macam :
¡ Nilai Kebenaran/Kenyataan yang bersumber pada unsur
akal manusia (ratio, budi, cipta);
¡ Nilai Keindahan yang bersumber pada unsur rasa manusia
(gevoel, perasaan, aestheis);
¡ Nilai kebaikan atau Nilai Moral yang bersumber pada
nili kehendak/kemauan manusia (will, karsa, ethic).
¡ Nilai Religius, yang merupakan nilai ketuhanan,
kerohanian yang tinggi dan mutlak.
Nilai ini bersumber pada kepercayaan manusia/keyakinan
manusia.
Pancasila mengandung nilai kerohanian, yakni yang
didalamnya terkandung nilai-nilai secara lengkap dan harmonis:
¡ nilai material,
¡ nilai vital,
¡ nilai kebenaran/kenyataan,
¡ nilai aestheis,
¡ nilai ethis/moral maupun nilai religius, seperti yang
tampak pada susunan sila-sila Pancasila yang sistematis hierarkis, dimulai dari
sila pertama sampai sila kelima.
Dardji Darmodihardjo dkk mengadakan klasifikasi nilai
secara berpasangan sbb:
¡ Nilai Objektif dan Nilai Subjektif:
Nilai Objektif ialah nilai yang dilihat berdasarkan
kondisi senyatanya dari obyek tersebut
Nilai Subjektif ialah nilai yang diberikan oleh subyek
¡ Nilai Positif dan Nilai Negatif
Nilai Positif ialah nilai yang bermanfaat bagi
kepentingan manusia, baik ditinjau dari sudut kepentingan lahiriah maupun
bathiniah, contoh nilai kebaikan, keindahan, kesusilaan.
Nilai Negatif ialah yang merupakan antinomi dari nilai
positif. Contoh : Nilai kejahatan, keburukan, ketidaksusilaan.
Dardji Darmodihardjo dkk mengadakan klasifikasi nilai
secara berpasangan sbb:
¡ Nilai Intrinsik dan Nilai Ekstrinsik
Nilai Intrinsik ialah nilai yang berdiri sendiri yang
mengandung kualitas tertentu, misalnya suatu tindakan dikatakan sebagai
tindakan yang bernilai susila adalah semata-mata karena tindakan itu memang
baik.
Nilai Ekstrintrik ialah nilai yang bergantung pada
nilai instrintrik dari akibat-akibatnya.
¡ Nilai Transenden dan Nilai Imanen
Nilai Transeden ialah nilai yang melampaui batas-batas
pengalaman dan pengetahuan manusia, misalnya nilai ketuhanan, sebagai nilai
yang diperoleh melalui pengertian murni, yang mengatasi pengalaman dan rasio
manusia.
Nilai Imanen ialah nilai yang terikat dengan
pengalaman dan pengetahuan manusia, misalnya mengenai pengetahuan inderawi dan
rasio manusia diperoleh rasa asin, manis, luas sempit dsb.
Dardji Darmodihardjo dkk mengadakan klasifikasi nilai
secara berpasangan sbb:
¡ Nilai Dasar dan Nilai Instrumental
Nilai Dasar adalah nilai yang bersifat tetap, yang
dipilih sebagai landasan bagi nilai instrumental untuk akhirnya diwujudkan
sebagai kenyataan (praktis).
Nilai yang dipilih ini umumnya berhubungan dengan
nilai–nilai objektif, Positif, instrinsik dan transeden.
Nilai Instrumental ialah nilai yang merupakan usaha
konkretisasi dari nilai dasar.
Nilai ini biasanya telah dituangkan dalam bentuk
norma, dan dijadikan dasar bagi
perwujudan suatu praktis.
0 comments:
Posting Komentar